Jakarta – Ketua Umum Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) Firman M. Nur. Dia mengatakan perjalanan umrah berbeda dengan perjalanan wisata atau traveling pada umumnya. Pernyataan itu menyusul maraknya promosi umrah mandiri dan backpacker di media sosial.
’’Kalau wisata, itu kan pokoknya kita sampai terus foto di lokasi, Sedangkan perjalanan umrah, tujuan utamanya adalah ibadah. Tidak sebatas sampai di Makkah kemudian berfoto di depan Kakbah atau Masjidilharam,” Katanya pada Minggu (18/2) malam.
Karena ada muatan ibadah, Firman mengatakan perjalanan umrah membutuhkan peran pendamping. Keberadaan pendaming ini yang biasanya tidak ada dalam rombongan umrah backpacker. Sedangkan untuk travel umrah resmi, harus menyiapkan seorang pembimbing ibadah.
’’Berapapun jumlah jemaahnya, kalau lewat PPIU (penyelenggara perjalanan ibadah umrah) wajib ada pembimbingnya,’’ katanya. Firman menuturkan pembimbing itu bisa diterbangkan dari tanah air bersama jemaah. Atau bekerjasama dengan WNI di Arab Saudi yang memahami rukun, syarat, sunah, dan aspek-aspek lain tentang ibadah umrah.
Firman juga menjelaskan itung-itungan biaya, sejatinya tidak ada perbedaan antara mengikuti umrah lewat travel resmi maupun umrah backpacker. Dia mengatakan komponen besar dalam perjalanan ibadah umrah adalah harga tiket penerbangan.
Dia mengatakan umrah backpacker sempat viral, karena saat itu ada promosi tiket pesawat. Kalaupun tersedia promo, biasanya untuk jumlah kursi yang sangat terbatas. Sedangkan untuk harga tiket pesawat pada umumnya, sama saja. Bahkan untuk travel umrah resmi, bisa lebih hemat karena membeli tiket dalam jumlah banyak dan secara langsung ke maskapai.
Untuk itu Firman menegaskan masyarakat perlu berpikir yang cermat dalam menentukan perjalanan umrahnya. Kunci yang harus dipahami adalah, umrah itu adalah ibadah. Sehingga terikat dengan ketentuan rukun, syarat, sunah, dan lainnya. Jangan sampai sudah terbang jauh ke Saudi, tetapi ibadah umrahnya tidak sempurna sesuai tuntunan agama Islam.