Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) pada tanggal 7-9 November 2024 telah menggelar Mudzakarah Perhajian Indonesia 2024 yang berlangsung di Institut Agama Islam (IAI) Persis Bandung, Jawa Barat. Gelaran tersebut merupakan forum diskusi yang membahas berbagai persoalan terkait penyelenggaraan ibadah haji. Ya, salah satu keputusan yang di hasilkan dari forum tersebut yakni soal penyembelihan dan pendistribusian hewan dam jemaah haji di Tanah Air.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada jamaah haji, mulai tahun 2023, Kementerian Agama melakukan tata kelola dam, diawali dari pengelolaan dam PPIH kloter dan PPIH Arab Saudi. Kebijakan ini dilanjutkan pada penyelengaraan haji tahun 1445 H / 2024 M dan tentunya pada tahun-tahun selanjutnya.
Kebijakan tata kelola dam ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian dalam proses pengelolaan hewan Dam/hadyu Jemaah Haji dan petugas agar sesuai dengan ketentuan Syariah. Hadirnya negara dalam tata kelola dam dirasa sangat penting mengingat jemaah haji Indonesia mayoritas melaksanakan haji tamattu’ sehingga terkena kewajiban membayar dam dengan menyembelih seekor kambing. Pada tahun 2023, jemaah haji yang melaksanakan haji tamattu’ sebanyak 98,5%. Pada tahun 2024, jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 99,3% atau sebanyak214.495 jemaah, dan haji qiran 0,008% atau sebanyak 18 jemaah. Ini berarti, ada 214.567 kambingyang disembelih oleh jemaah haji Indonesia. Ini belum termasuk kambing yang disembelih dalam status dam isa’ah karena pelanggaran atas larangan ihram atau meninggalkan salah satu wajib haji atau umrah.
Praktek yang selama ini berlangsung, jemaah haji melaksanakan pembayaran dam dengan berbagai cara. Pada tahun 2024, mayoritas jemaah melaksanakan pembayaran dam melalui KBIH (72,6%), disusul dengan pembayaran melalui mukimin (23,4%), pembayaran secara mandiri (3,1%) dan pembayaran melalui bank (0,7%), dan sebagian kecil membayar melalui Daker Makah (1,3%). Dengan beragamnya mekanisme pembayaran ini, ada banyak potensi masalah yang bisa terjadi. Masalah ini mulai dari pembelian hewan dam dengan harga yang tidak wajar, tidak adanya kepastian hewan dambenar-benar disembelih, potensi jual beli daging hewan dam sehingga hewan dam tidak terdistribusi kepada mereka yang berhak.
Berbagai potensi masalah ini menghajatkan hadirnya pemerintah untuk memberikan kepastiandalam proses pengelolaan hewan Dam/hadyu Jemaah Haji dan petugas agar sesuai dengan ketentuan Syariah. Mengingat demikian penting kehadiran pemerintah, tata kelola dam menjadi salah satu poin rekomendasi Muzakarah Perhajian Indonesia tahun 2022 di Situbondo dan Muktamar Haji Tahun 2023 di Jeddah.
Selain itu, kehadiran negara selain untuk memberikan kemudahan pelayanan dalampembayaran Dam/hadyu secara transparan dan akuntabel, juga untuk meningkatkan nilai manfaat dam/hadyu untuk kepentingan fakir miskin baik di tanah suci maupun di tanah air. Indonesia termasuk negara termiskin ke 6 di Asia Tenggara dan pada posisi 57 di dunia, di bawah Kamboja, Philipina, Laos,Myanmar dan Timor Leste. Prevalensi stunting mencapai 21,5% pada tahun 2023, dan ditargetkan turun di angka 14% pada akhir 2024. Mencermati hal tersebut, pemanfaatan dam/hadyu untuk kepentingan fakir miskin di tanah air sangatlah strategis. Pertanyaannya, bagaimana hukum penyembelihan dan pendistribusian hadyu/dam di tanah air.
Lalu, Bagaimana hukum melaksanakan penyembelihan dan distribusi hadyu/dam di tanah air? para ulama, melalu forum mudzakarah perhajian bersepakat bahwa penyembelihan dan pembagian daging hadyu/dam di luar tanah haram termasuk di tanah air, hukumnya boleh dan sah.
Ada beberapa firman Allah, Hadits dan Ilmu fiqih yang menjadi dasar penetapan penyemberilhan dan pendistribusian hewan dam jemaah haji sah di lakukan tanah air atau di Indonesia. Berikut diantaranya:
- Firman Allah dalam al-Qur’an sebagai berikut:
- Surat al-Baqarah: 196, yang menjelaskan kewajiban menyembelih hewan bagi jamaah yang melaksanakan haji tamattu
ْم فَ َمن تَ َمتَّ َع بِٱ ْلعُ ْم َرةِ ِإلَى ٱ ْل َح ‘جِ فَ َما ٱ ْستَ ْي َس َر ِم َن ٱ ْل َه ْد ِى “ فَ َمن لَّ ْم يَ ِج ْد فَ ِصيَا ُم ثََٰلَثَ ِة أَيَّا ٍم فِى فَإِ َذآ أَ ِمنتُ
ٱ ْل َح ‘جِ َو َس ْبعَ ٍة إِ َذا َر َج ْعتُ ْم ۗ تِ ْل َك َع َش َرةٌ َكا ِملَةٌ ۗ َٰ َذ ِل َك ِل َمن لَّ ْم يَ ُك ْن أَ ْهل ُُهۥ َحا ِض ِرى ٱ ْل َم ْس ِج ِد ٱ ْل َح َرا ِم “
َوٱ َّتقُو ˚ا ٱ َّّللَ َوٱ ْعلَ ُم ٓو ˚ا أَ َّن ٱ َّّللَ َش ِدي ُد ٱ ْل ِعقَا ِب
Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan ‘umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga haridalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.
- Surat al-Hajj 27-28 tentang perintah melaksanakan haji dan pemanfaatan
binatang hadyu/dam:
َوأَ ِذ’ن ِفى ٱلنَّا ِس بِٱ ْل َح ‘جِ َيأْتُو َك ِر َجا اًل َو َعلَ َٰى ُك ِ’ل َضا ِم ٍر ي َِْأتي َن ِمن ُك ِ’ل فَ ‘جٍ َع ِمي ٍق — ِ’ليَ ْش َه ُدو ˚ا َم َٰنَ ِف َع
ْذ ُك ُرو ˚ا ٱ ْس َم ٱ َّّللِ فِ ٓى أ ََّيا ٍم َّم ْعلُو َٰ َم ٍت َعلَ َٰى َما َر َزقَ ُهم ِ’م ۢن بَ ِهي َم ِة ٱ ْْلَ ْن َٰعَ ِم فَ ُكلُو ˚ا ِم ْن َها َوأَ ْط ِع ُمو ˚ا لَ ُه ْم َويَ
ٱ ْلبَآئِ َس ٱ ْلفَ ِقي َر
Artinya: Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh — Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telahberikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka
makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.
- Surat al-Hajj 36-37 tentang perintah memakan daging kurban dan nilai
ketaqwaan akan sampai kepada Allah
ْلبُ ْد َن َجعَ ْل َٰنَ َها لَ ُكم ِ’من َش َٰ َٓعئِ ِر ٱ َّّللِ لَ ُك ْم فِي َها َخ ْي ٌر فَٱ ْذ ُك ُرو ˚ا ٱ ْس َم ٱ َّّللِ َعلَ ْي َها َص َوآ َّف فَإِ َذا َو َجبَ ْت َوٱ
َها فَ ُكلُو ˚ا ِم ْن َها َوأَ ْط ِع ُمو ˚ا ٱ ْلقَانِ َع َوٱ ْل ُم ْعتَ َّر “ َك َٰ َذ ِل َك َس َّخ ْر َٰنَ َها لَ ُك ْم ََلعلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُرو َن — َلن يَنَا َل ٱ َّّللَ ُج ُنوبُ
ُم َها َو ًَل ِد َمآ ُؤ َها َو َٰلَ ِكن َينَالُهُ ٱلتَّ ْق َو َٰى ِمن ُك ْم “ َك َٰ َذ ِل َك َس َّخ َر َها لَ ُك ْم ِلتُ َكبِ’ ُرو ˚ا ٱ َّّللَ َعلَ َٰى َما َه َد َٰى ُك ْم ۗ لُ ُحو
َوبَ ِ’ش ِر ٱ ْل ُم ْح ِسنِي َن
Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh(mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur — Daging-dagingunta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamusupaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabargembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
- Hadist Rasulullah antara lain:
- Hadist tentang Nabi menyembelih 62 unta
وعن جابر رضي هللا عنه: أن النبي صلى هللا عليه وسلم نحر ثالثاا وستين، وأمر علياا رضي
الباقي يذبح أن عنه هللا Dari Jabir ra, bahwa Nabi menyembelih unta enam puluh tiga ekor dan memerintahkan Ali untuk menyembelih sisanya (HR Muslim)
- Hadist bahwa Rasulullah SAW. pada tahun 9 H mengamanatkan kepada Abu Bakar ra. sebagai Amirul Hajj 16 atau 18 ekor unta untuk hadyu ke Baitullah, padahal Rasulullah SAW. tidak ikut berhaji.
قالت عائشة رضي هللا عنها ليس كما قال ابن عباس أنا فتلت قالئد هدي رسول هللا صلى هللا عليه وسلم بيدي ثم قلدهارسول هللا صلى هللا عليه وسلم بيديه ثم بعث بها مع أبي فلم يحرم على رسول هللا صلى هللا عليه وسلم شيء أحله هللاله حتى نحر الهدي
Aisyah ra. berkata: “Sungguh aku telah mengikatkan kalung (sebagai tanda) pada hewanqurban Rasulullah SAW. dengan tanganku sendiri, lalu Rasulullah SAW. mengikatnya dengan tangan Beliau lalu mengirimnya bersama bapakku, dan tidak menjadi diharamkan bagi Rasulullah SAW. Sesuatu yang Allah halalkan hingga hewan qurbannya disembelih” (HR. Muslim).
- Kaidah Fikih dan ushul Fikih
الفضيلة المتعلقة بنفس العبادة افضل من المتعلقة بمكانها
Keterkaitan dengan ibadah itu sendiri lebih utama dari keterkaitan dengan tempat pelaksanaan ibadah
Nilai segala sesuatu bergantung pada maksud/tujuannya Manusia didahulukan dari tempat
اًلمور بمقاصدها
اإلنسان مقدم على المكان
- Pendapat ulama’ tentang penyembelihan dam sebagai berikut:
- Menurut mazhab Syafi’i, iraqatud dam dan tafriqatul lahm bersifat dogmatif, berdasarkan atas pemahaman firman Allah:
َه ْد ۢياا َٰبَ ِل َغ ٱ ْل َك ْعبَ ِة
Artinya, “Hewan dam sebagai hadiah yang disampaikan ke Ka’bah (tanah Haram).” (QS Al-Maidah: 95).
Artinya penyembelihan dan pendistribusian hewan dam wajib ‘balighal ka’bah’, wajibditunaikan di tanah haram, dan tidak sah dilakukan di luar tanah haram, karena tidak ‘balighal ka’bah’. Demikian ini adalah pandangan mayoritas mazhab Syafii.
- Menurut pendapat muqabilul adzhar dalam mazhab Syafi’i, penyembelihan dam boleh dilakukan di luar tanah haram, karena yang terpenting adalah sampainya dam ditanah haram, meskipun penyembelihan dilakukan di luar Tanah Haram.
ويختص ذبحه بالحرام في اًلظهر قال تعالى هديا بالغ الكعبة، فلو ذبح خارج الحرام لم يعتد به والثانة يعتد به بشرط انينقل ويفرق في الحرام قبل تغير الحم ًلن المقصود هو اللحم وقد
الغرض به حصل Artinya,“Penyembelihan dam dikhususkan di Tanah Haram menurut qaul adzhar. Allah swt berfirman: “Hewan dam sebagai hadiah yang disampaikan ke Ka’bah (Tanah Haram).” [QS Al-Maidah: 95]. Apabila penyembelihan dilakukan di luar Tanah Haram maka tidak dianggap sah. Pendapat kedua (muqabilul adzhar) menyatakan bahwa penyembelihan dilakukan di luar Tanah Haram tetap dianggap sah dengan syarat hasil sembelihan tersebut dikirim dan didistribusikan keTanah Haram sebelum berubahnya daging. Sebab tujuan utama dam ialah daging, dan tujuan tersebut tercapai dengan dam didistribusikan ke Tanah Haram (Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalli, Kanzur Raghibin, I/285)
- Menurut mazhab Hanafi, iraqatud dam (penyembelihan hewan dam) bersifat dogmatif, sedangkan tasaruf atau distribusinya tidak. Karena prinsip ini, mazhab Hanafi mewajibkan penyembelihan dam di tanah haram dan tidak menganggapnya sah dilakukan di luar tanahharam, sesuai pesan dalam ayat “balighal ka’bah”. Sedangkan untuk distribusinya yang penting sampai kepada fakir miskin, baik di Tanah Haram maupun di luarnya, termasuk pula fakir miskin di Indonesia.
ًل يجوز ذبح الهدي اًل في الحرم لقوله تعالى هديابالغ الكعبة ولو جاز ذبحه في غير الحرم
معنى الكعبهدة بلوغه لذكر يكن لم Artinya, “Tidak bolehmenyembelih hewan hadyu kecuali di Tanah Haram. Allah swt berfirman: “Hewan dam sebagai hadiah yang disampaikan ke Ka’bah (tanah Haram).” (AlMaidah: 95). Seandainya boleh melakukan penyembelihan di luar Tanah Haram, maka penyebutan frasa ‘Disampaikan ke Ka’bah (tanah Haram)’ tak ada maknanya (Alauddin Abi Bakr bin Mas’ud Al-Kasani Al-Hanafi,Bada’i As-Shana’i Fi Tartib Asy-
Syara’i (Beirut: Dar Al-Kutub AlIlmiyah),II/200
فيجوز ان يتصدق بها على مساكين الحرم وغيرهم وغير مساكين الحرم ًلن الصدقة قربة ًلنها لسد خلة المحتاج والصدقةعلى كل فقير قربة، وًل يختص بها فقير ْلن التصدق كل مكان فال يختث مكان بخالف اإلراقة فإنه ًل يكون إًل في مكانمخصوص أو معقولة قربة في
زمان مخصوص.
Artinya, “Dan boleh menyedekahkan dam kepada fakir miskin Tanah Haram dan selainnya.Maksudnya kepada selain fakir miskin tanah Haram. Karena sedekah adalah ibadah yang dapat dinalar untuk memenuhi kebutuhan orang yang membutuhkan, dan sedekah kepada fakir miskin merupakan ibadah, sehingga tidak terkhusus bagi kepada fakir miskin manapun, karena sedekah adalah ibadah yang berlaku di setiap tempat, sehingga tidak berlaku secara khususpada satu tempat tertentu, berbeda halnya dengan penyembelihan dam. Karena penyembelihan dam tidak dapat dilakukan kecuali di tempat tertentu atau waktu tertentu.( Burhanuddin ‘Ali bin Abi Bakr Al-Marghinani Al-Hanafi, al-Hidayah Syarh Bidayah al-Mubatdi`, IV/448)
Namun menurut mazhab Hanafi penyembelihan dam tamattu’ disyaratkan disembelih pada Ayyamun Nahr (10, 11, 12 Dzulhijjah) atau setelahnya. Penyembelihan dam tamattu’ sebelum Ayyamun Nahr tidak sah. Adapun penyembelihan setelah Ayyamun Nahar (tanggal 10,11 dan 12Dzulhijjah) sah, namun wajib membayar dam lagi menurut Abu Hanifah, dan tidak wajibmembayar dam lagi menurut Abu Yusuf dan Muhammad, karena penyembelihan pada Ayyamun Nahr hukumnya sunah menurut keduanya بعده بل قبله يجز فلم فقط والقران المتعة لذبح الثالثة اًلياموهو وقته اي )النحر يوم ويتعين(
وعليه دم (قوله فلم يجز) اي باًلجماع وهو بضم اوله من اًلجزاء (قوله بل بعده) اي بل
بعده اي بعد يوم النحر اى ايامه اًل انه تارك للواجب عند اًلمام فيلزمه دم التاخير اما فعدم التاخير سنة حتى لو ذبح بعدالتحلل بالحلق ًل شيء عليه يجزئه عندهما
Artinya, “Dam tertentu pada hari Nahr, (maksudnya waktu Nahar yaitu tiga hari) untukmenyembelih hadyu tamattu’ dan qiran, maka tidak mencukupi sebelum hari Nahar bahkan sah setelahnya namun berkewajiban membayar dam”. Ucapan pengarang, tidak mencukupi, sesuai ijma ulama. Kalimat falam yujzi dengan dibaca dlomah awalnya dari akar kata al-Ijza’. Ucapan pengarang, sah setelahnya, maksudnya setelah hari Nahar maksudnya setelah hari-hari Nahr, namun seseorang dinyatakan meninggalkan kewajiban menurut Imam Abu Hanifah, maka wajib baginya membayar dam karena mengakhirkan penyembelihan. Adapun menurut Abu Yusuf dan Muhammad, tidak mengakhirkan penyembelihan (dari hari Nahr) adalah sunah, sehingga bila ia menyembelih setelah tahallul dengan mencukur rambut, tidak ada kewajiban apapun (Ibnu Abidin Al-Hanafi, Hasyiyah Raddul Muhtar, II/616)
- Penyembelihan di luar tanah haram dibolehkan menurut madzhab Maliki dan pendapat marjuh dari mazhab Hanafi. Menurut pernyataan Imam Qurthubi:
مجاهد قول وهو القول، من الصحيح وهو شاء، أين ذلك يفعل :مالك قال “Imam Malik berkata: Dapat melakukan penyembelihan hewan dam Dimana saja sesuai kehendaknya. Dan ini pendapta yang sahih dalam mazhab Maliki. Ini sesuai pendapat Imam Mujahid bin Jabr.” (al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, 2/385)
Imam al-Mirghinani al-Hanafi menyatakan:
ولو َذبَ َح حا ٌّج الهد َي َذبَ َحهُ في الحرم، ولو ذبح خارج الحرم: يجزئه
“Jika orang yang berhaji menyembelih al-hadyu (hewan dam), maka disembelih di tanah haram. Tapi seandainya ia sembelih di liar tanah haram maka itu cukup (boleh).” (al-Marghinani al-Hanafi, al-Muhith al- Burhani fi Fiqh an-Nu’mani, 2/456)
- Penyembelihan dan distribusi dam tamattu’ di luar Tanah Haram hukumnya boleh dengan menggabungkan pendapat mazhab Syafi’i dan Mazhab Hanafi. Penyembelihan di luar tanah haram mengikuti pendapat Muqabilul Adzhar mazhab Syafi’i, dan dari aspek distribusi di luar Tanah Haram mengikuti mazhab Hanafi. Berkenaan dengan talfiq ini, pendapat ulama’ sebagai berikut:
1) Qaul mu’tamad mazhab Syafi’i, Hanafi dan Hanbali, tidak boleh talfiq. Menurut Mazhab Maliki boleh talfiq dalam urusan ibadah saja (Muhammad Amin Al-Kurdi, Tanwirul Qulub, 397)
واشتراط عدم التلفيق هو المعتمد عندنا وعند الحنفية والحنابلة واما عند المالكية فيجوز
التلفيق في العبادة فقط
menyatakan al-Manawi, Abdurrauf I/210, al-Qadir, Faidl Kitab Dalam 2) mazhab kepada selainbertaklid fuqaha’ sebagian bagi boleh bahwa taklid nisbah mengerti dia catatan dengansendiri dirinya untuk empat mengambil boleh tidak tetapi syarat, memenuhi yang ulama’kepada maksud dengan mazhab pendapat dari saja ringan-ringan yang pilihan Salam AbdisIbn Namun dirinya. taklif beban melepaskan untuk diperbolehkan. mutlak secara talfiqbahwa sebaliknya, berpendapat عم ويجوز لغير عامة من الفقهاء المقلدين تقليد غير اًلربعة في العمل لنفسهان علم نسبته يجوز تقليده وجمع شروطه عنده لكن بشرط ان ًل يتتبع الرخصة بان ياخذ من كل اًلهوان بحيث تنحلربقة التكليف من عتقه واًل لم يجز خالفا ًلبن عبد السالم لمن مذهب
حيث اطلق وجواز تتبعها
- Pendapat Syekh Khalid Mushlih tentang bolehnya mendistribusikan daging dam keluar tanah haram
ُن إعطا ُء الفقرا ِء الذين هم
في توزيعِ ما زا َد على فقرا ِء الحر ِم خار َج الحر ِم، ويكو ُع
التوس
ِم بمنزل ِة دفعِ الزكاةِ لفقرا َء في غي ِر بل ِد الما ِل إذا أُع ِط َي فقراء البل ِد حاجتَ ُهم، ولم َج الحر
خار
إلى فقرا ِء البلدا ِن المجاورةِ لمك َة…… فال أظ ُّن عال اما ُل
ُّق، فكذلك الهد ُي يُنق
يو َج ْد أح ٌد يستح
يقو ُل بمنعِ نق ِل ما زا َد م َن اللحو ِم على حاج ِة مساكي ِن الحر ِم َها،
بالشريع ِة وحك ِم َها وأسرا ِر
خار ِج ِه، ًل س َّيما إذا كا َن م ُآلها التر َك إلى أن تفس َد ثم ُتر َمى، فإ َّن ذلك من إضاع ِة الما ِل إلى
.َم وسل ِه علي هللاُ صلَّى ورسولُهُ هللاُ عنهُ َهى ن الذي Keleluasaan untuk membagikan kelebihan daging yang tidak lagi dibutuhkan oleh orang-orang fakir tanahharam keluar tanah haram,
maka kedudukan memberikan dam kepda fuqara’ di luar tanah haram ini seperti memberikan zakat kepada fuqara’ di luar negaranya ketika tidal lagi ada kebutuhan untuk diberikan kepadafuqara’ wilayah itu. Demikian pula hadyu yang dibagikan kepada fuqara’ di sekitar Makkah…saya yakin, tidak ada orang yang memahami syariat, hukum dan rahasianya yang melaranguntuk mendistribusikan daging yang melebihi kebutuhan orang- orang miskin tanah haram untuk dibagi keluar tanah haram. Apalagi jika daging itu dibiarkan rusak dan akhirnya dibuang. Yang demikian itu termasuk tindakan menyia-nyiakan harta yang dilarang oleh Allah dan RasulNya (Syekh Khalid Mushlih, az-Ziham wa Atsaruh fi Ahkam an-Nusuk, h.113-115)
- Keputusan Hai’ah Kibar Ulama Saudi No.77, 21/10/1400 H, yang memerinci hukumnya sebagai berikut:
هدي التمتع والقران ، فهذا يجوز النقل منه إلى خارج الحرم ، وقد نقل الصحابة رضوان هللا عليهم من لحوم هداياهم إلىالمدينة ، عن جابر بن عبد هللا رضي هللا عنهما قال : كنا ًل
نأكل من لحوم بدننا فوق ثالث منى ، فرخص لنا النبي صلى هللا عليه وسلم فقال: ” كلوا
وتزودوا ” فأكلنا وتزودنا. (رواه البخاري) ما يذبحه الحاج داخل الحرمجزاء لصيد ، أو فدية إلزالة أذى ، أو ارتكاب محظور أو ترك
واجب – فهذا النوع ًل يجوز نقل شيء منه؛ ْلنه كله لفقراء الحرم. ما ذبح خارج الحرم من فديةالجزاء ، أو هدي اإلحصار ، أو غيرهما مما يسوغ ذبحه خارج
.آخر مكان إلى ذبحه مكان من نقله يمنع وًل ، ذبح حيث يوزع فهذا – الحرم Hadyu tamattu’ danqiran, boleh didistibusikan keluar tanah haram. Para sahabat membawa daging hadyu mereka ke Madinah. Dari Jabir ra, dia berkata, ‘Kami tidak makan daging hadyu lebih dari tiga hari. Rasulullah kemudian memberikan rukhshah dan bersabda, “Makanlah dan jadikanlah ia bekal” maka kami makan dan kami jadikan bekal (HR Bukhari). Hadyu yang disembelih jemaa haji ditanah haram meliputi hadyu sebagai denda berburu, atau fidyatul adza, atau melanggar larangan ihram atau meninggalkan wajib, hadyu jenis ini tiak boleh dibawa keluar tanah haram karena ia seluruhnya menjadi hak fakir miskin tanah haram. Sedankan hadyu yang disembelihdi luar tanah haram baik fidyatul jaza’ atau karena ihshar, atau hadyu lainnya yang hanya bisa disembelih di luar tanah haram, makai a dibagikan ditempat dimana ia disembelih dan tidak ada larangan untuk mendistribusikannya ke tempat lain.
- Menurut Fatwa Darul Ifta’ al-Misriyah, boleh melakukan penyembelihan dan distribusi dam/hadyu di luar tanah haram
اعا ل َمن وجب عليه د ُم الفدية بسبب ارتكاب محظو ٍر من محظورات اإلحرام، أو
يجوز شر
غيره أو بلده في سواء الحرم؛ خارج الهدي يذبح أن الحج؛ واجبات من واجب ترك Bagi orang yang diwajibkan fidyahdisebabkan melakukan larangan ihram, atau meninggalkan salah satu wajib haji, boleh secara syar’i untuk menyembelih hadyu di luar tanah haram, baik di negaranya sendiri atau lainnya (Syauqi Ibrahim ‘Allam, Hukm Zabhi Dam al-Fidyah Kharij al- Haram, no fatwa 7660, 14 Feb 2023)